RSS

Rasanya Mulut ini Terkunci


Tidak seperti biasanya, hari ini aku di kantor lebih banyak diam. Emang sich meskipun aku bukan tipe orang yang supel tapi aku biasanya suka cuap-cuap ama tmen kalo di kantor, aku yang paling cerewet..hhheee.. Tapi lain dengan hari ini. Diam, malas untuk ngomong. Diajak bicara saja rasanya enggan menjawab, tpi ttep aja aku harus menjawab pertanyaan2 atau obrolan yang sekiranya ttg pekerjaan. Itupun aku hanya menjawab seperlunya saja.

Rasanya ingin sekali bicara tapi males banget. Aku g thu kenapa hari ini aku malas bicara, seakan-akan mulut ini rasanya terkunci rapat-rapat. Aku udah berusaha untuk mencari kunci tersebut, supaya aku bisa membuka mulut ini dengan berbagai obrolan seperti biasanya. tapi ternyata aku belum bisa menemukannya juga.
Seharian Cuma diam di tempat duduk, malah ku sibukkan diri chatting dengan temen. Iya karena aku lagi males ngomong makanya mending aku chatting sajo. Pikiran tak menentu kalut banget. Tapi aku sendiri tak tahu apa penyebabnya. Pokoknya hari ini aku lagi males bicara. Mau mengeluakan satu kata aj rasanya berat banget. Aku berharap moga semuanya baik-baik saja.

Teko dan Cangkir


Siapa sich yang gak tahu teko dan cangkir?Yupss semuanya pasti pada tahu. Teko merupakan suatu wadah yang biasa digunakan untuk tempat air. Sementara cangkir sendiri merupakan tempat untuk minum. Kita semua sudah tahu bahwa biasanya kalau kita minum sering kali kita menuangkan air dari teko ke cangkir terlebih dahulu.
Nah dari situlah kita mulai tahu belajar untuk memahami begitu pentingnya sebuah teko..Nah sekarang apa kaitannya dengan kehidupan sehari-hari kita donk??Nah sekarang kaitannya yaitu dengan orang menuntut ilmu. Tentu saja ada donk…..Sekarang kita coba bayangin antara orang yang berilmu dan para penuntut ilmu.
Di ibaratkan orang yang member i ilmu(guru)  itu sebagai teko dan penerima (murid) itu sebagai cangkir. Coba bayangkan apabila tidak ada cangkir maka teko tidak akan bisa menuangkan airnya, begitu pula dengan cangkir apabila tidak ada teko maka tak akan terisi dengan air.Itulah ibaratnya orang berilmu itu tidak akan bias menyampaikan atau menyalurkan ilmu apabila tidak ada penuntut ilmu. Begitu lah kehidupan, antara yang satu dengan yang lain saling melengkapi. Seseorang tidak akan disebut pintar apabila tidak ada orang bodoh dan bgitu juga sebaliknya.

Persimpangan Jalan



Cukuplah...
kusimpan semua ceritaku
yang dulu

Tentangku...
tentang apapun yang membuatku
tiada berarti

Di Persimpangan aku...
berdiri
membisu
harus kuputuskan
kemanakah ku melangkah...
Wah wah itu mah lirik nasyidnya edcoustic donk…bukan itu maksudnya ya….Memang sich sebelumnya terinspirasi dari sana juga. Tapi ini beda permasalahan…OK lah langsung saja..
Sebenarnya aku lagi bingung saja, ketika harus memilih..memilih diantara dua bahkan lebih pilihan2 yang sama-sama penting dan yang juga sama-sama baik…
Jalan mana yang harus aku ambil??Haruskah aku ambil jalan yang lurus ke depan ataukah yang belok kanan ataukah yang belok kiri??hhmmm………..Mana yang harus ku ambil…..
Ya Allah hanya kepadaMU lah hamba meminta petunjuk dan memohon pertolongan…..

Teruntuk Para Akhwat, Sang Tulang Rusuk Yang Hilang






Aku adalah seorang gadis muda, sama sepertimu.

Usiaku bahkan boleh jadisedikit lebih tua dibandingkan usiamu. Tapi, pengalaman dan perjalanan hidup kita, tentu tak sama.
Maka ijinkan aku untuk berbagi denganmu.
Berbagi, sebab aku adalah saudarimu. Aku mencintai kebaikan, dan aku ingin kalian juga mendapatkan kebaikan itu.

Wahai saudariku...
Sesungguhnya kita ini adalah tulang rusuk yang hilang. Di luar sana, di balik tabir waktu dan tempat, berjajar arjuna tengah menunggu kita.

Mereka mencari tulang rusuk mereka yang hilang. Maka persiapkan diri kita dengan sebaik mungkin, agar kita dapat menemukan tempat bersandar yang tepat. Aku pun sama sepertimu, wahai gadis-gadis muda, sebab aku adalah bagian dari kalian. Aku belum menikah. Dan aku masih menjalani statusku sebagai seorang anak-anak yang tumbuh dan tengah mencari hakikat kebenaran dan kehidupan. I'm single. Sama sepertimu.

Aku masih bebas bergerak, kesana-kemari mencari apa yang sedang kucari. Di belakangku, belum ada teriakan-teriakan dan jerit tangis anak-anak. Belum ada protes suami sebab aku tak bisa memasak dan lebih suka duduk di depan komputerku.

Ya.aku masih bebas menjadi diriku sendiri. Wahai saudariku, Kita adalah gadis muda. Waktu kita masih sangat panjang untuk mencari kebenaran dan jati diri.
Usia kita saat ini, adalah usia yang sangat produktif untuk melahirkan karya-karya besar yang spektakuler. Kita masih sangat enerjik, penuh semangat, dan kemampuan kita masih berada di atas rata-rata.

Untuk menyerap setiap ilmu, kita masih sangat sanggup melakukannya dengan baik. Untuk pergi ke majlis-majlis ilmu, kita masih dapat melakukannya dengan bebas.Sebab belum ada tuntutan-tuntutan bagi kita untuk diam di rumah, mengurus anak dan suami. Kita masih bisa menjadi diri sendiri. Dan kita bertanggungjawab atas diri kita sendiri.

Kenapa kita tidak memanfaatkannya dengan baik, wahai saudariku?

Waktu yang berharga ini adalah kesempatan yang diberikan oleh Allah pada
kita, untuk membenahi diri, mematangkan diri, serta menimba ilmu sebanyak-banyaknya.

Kau tahu kenapa?
Karena kita adalah calon ibu. Dari rahim kitalah, lahir generasi-generasi penerus ummat ini. Jika kita adalah bibit yang baik, maka anak-anak kita, insya Allah akan menjadi generasi-generasi yang baik.

Kitalah yang akan mendidik anak-anak kita dalam madrasah keibuan kita. Apakah engkau ridha, melepas anak-anakmu dalam didikan orang lain? Tapi, bagaimana jika kau melepasnya pada sekolah-sekolah yang mengajarkan sekulerisme dan liberalisme seperti negeri kita?

Aku yakin kau takkan ridha, Saudariku.Kau pasti takkan ridha anakmu dididik oleh orang lain. Kita laksana lembaga pendidikan. Jika kita mempersiapkan diri dengan baik, maka akan lahirlah pribadi-pribadi yang kuat dan tangguh.
Kita adalah guru di atas segala guru yang utama. maka relakah diri kita, jika posisi mulia kita direbut oleh orang lain?

Sungguh, tak ada salahnya dengan pernikahan dini. Tak ada salahnya, jika engkau memilih untuk menikah di usiamu yang
terhitung sangat muda ini. Aku yakin, masing-masing dari kalian tentu memiliki alasan tersendiri untuk memutuskan hal tersebut.
Tapi, ijinkan aku mengungkapkan sebuah isi hati.
Sesungguhnya, ukhti. Pernikahan tak bisa dibayangkan dengan segala sesuatu yang indah.

Pernikahan adalah sebuah perkara yang membutuhkan kematangan serta persiapan yang tak sepele. Kutemukan pernikahan-pernikahan ikhwan dan akhwat, yang mana mereka memutuskan untuk menikah muda, melepaskan studi dan bangku kuliah mereka.

Tak sedikit di antara mereka yang menentang orangtua hanya demi meluluskan keinginan mereka. Mereka pun memiliki pemikiran yang sama denganku; mereka dapat terus belajar meski telah hidup berumahtangga. Tapi, apa yang kulihat dari mereka, Saudariku?

Hanya sedikit yang benar-benar dapat merealisasikan prinsip itu. Sungguh, bagiku semua itu ternyata memang hanya teori. Pada implementasinya, tetap tak bisa sempurna! Mereka akan disibukkan dengan urusan rumahtangga yang tak sepele. Jerit tangis anak-anak, tuntutan suami, ah.

Mereka tak bisa lagi berkonsentrasi untuk memperdalam diin. Sebab, perhatian mereka terbagi-bagi. Mereka tak bisa memfokuskan diri di majlis-majlis taklim, sebab anak-anak mereka berlarian sampai ke jalan dan menjerit-jerit. Kulihat banyak anak-anak mereka yang akhirnya tak terawat dengan baik. Mereka kurang ilmu dalam mendidik anak.

Bagaimana mengatasi kebandelan-kebandelan anak-anak, mereka tidak tahu. Bahkan, parahnya, bagaimana menggendong dan merawat bayi saja, banyak di antara mereka yang tidak bisa melakukannya dengan baik!
Dan ketika ada kerikil kecil `menyandung' bahtera mereka, apa yang terjadi? Mereka menyelesaikannya bukan dengan kembali pada al-qur'an dan sunnah. Mereka tidak merujuk kepada ilmu. Mereka tidak menyelesaikannya dengan
bijaksana.

Mereka banyak terbawa emosi, sebab mereka belum memiliki kematangan emosi dan kedewasaan. Pertengkaran mereka bahkan sampai pada tetangga dan dibicarakan dalam majlis-majlis. Buntutnya, perceraian dan perebutan anak!

Na'udzubillahi min dzaalik! Barulah aku sadar, pernikahan memang tak bisa diburu-buru. Kedewasaan memang berjalan seiring dengan waktu, Sahabatku. Seiring pula dengan tanggungjawab yang akan kau emban. Tapi, sungguh.Jika engkau hanya mematok pada kedua hal itu, kutakutkan engkau salah jalan. Usia tak menjamin kedewasaan seseorang.

Demi Allah, ukhti.Aku tidak bermaksud membujukmu atau menghasutmu untuk tidak menikah. Na'udzubillah.Ini adalah sebuah pelajaran, agar kita dapat mengambil ibrah, serta berusaha untuk menjadi lebih baik.
Sesungguhnya, pernikahan tak hanya sebatas menikahnya dirimu dengan suamimu. Namun pernikahan adalah menikahnya dua keluarga yang tentunya memiliki banyak perbedaan.

Akan ada banyak tuntutan bagimu. Ketika kau masuk dalam keluarga suamimu, kau dituntut untuk bisa beradaptasi dan menerima aturan-aturan dalam keluarganya. Kau dituntut untuk bisa bersikap baik pada mertua dan saudara-saudara
suamimu.

Jika mereka orang-orang yang baik dan hanif, tentu kau akan mudah bergabung bersama-sama mereka. Tapi, jika kenyataannya, salah seorang di antara mereka tidak menyukaimu, tidak menyukai jilbab dan gamismu, mereka berusaha
menyulut peperangan di antara kalian, sudah sanggupkah dirimu mengatasi dan mencari solusinya?

Karena itulah, Ukhti.Kita butuh banyak ilmu untuk mengarah ke sana. Kita harus bisa menjadi seorang yang cerdas dan bijaksana. Agar jika kita diuji dengan sebuah masalah, kita akan tetap bisa tegar. Kita tidak mengumbarnya dengan mendatangi majlis-majlis para peghibah. Membocorkan aib keluarga suami dengan kedok `curhat'.

Karena itulah, Ukhti fillah.Jangan pernah terburu-buru mengambil jalan pintas! Sebab pernikahan bukan ajang coba-coba dan tempat pelarian masalah. Justru di sanalah engkau akan menemukan permasalahan yang jauh lebih besar
dan berat!

Jika masalah yang kecil saja belum dapat kau selesaikan dengan baik, maka jangan pernah mencoba untuk mengambil yang lebih besar!

Persiapkanlah dirimu mulai dari sekarang. Agar kelak kau dapat menjalankannya dengan lebih mudah. Jika saat ini engkau menggunakan kesempatanmu dengan sebaik-baiknya, maka kelak jika engkau telah menikah, engkau tidak akan bersusah payah lagi.

Engkau akan dengan ringan menyelesaikan semua permasalahanmu dengan ilmu
yang telah kau dapat.
Ingatlah baik-baik, Ukhti.Pernikahan tak bisa hanya digawangi dengan cinta.
Bisa apa cinta? Jika cinta ingin pergi, maka ia akan pergi tanpa pamit padamu.

Tapi, jika kau menggawanginya dengan ilmu dan kefaqihan dalam diin, serta kematangan emosi, maka yakinlah.Allah akan pertemukan dirimu dengan suamimu di surga nanti.
Sesungguhnya kokoh atau rapuhnya sebuah rumah tangga, berada dalam genggaman wanita.

Jika ia tegar, kokoh, dan kuat, maka ia sanggup mempertahankan rumah tangganya dengan baik.
Apapun badai yg datang padanya. Tapi, jika ia lemah dan rapuh.maka tiadalah cinta dan bahagia.

Maka jadilah seorang wanita yang kokoh dan kuat, Saudariku! Agar kau dapat mempertahankan rumahtanggamu kelak.

Maka renungkanlah wasiat ini baik-baik, Saudariku. Kudoakan semoga Allah menunjukimu jalan yang lurus dan memberikan untukmu seseorang yang terbaik dalam kehidupanmu.aamiin.